Tempat: Dewan Filharmonik Petronas, KL
Waktu: enam petang
Perasaan: teruja
*****
di atas pentas sana,
seorang tua
rambut putih | janggut putih
diiringi bunyian merdu dari tali-tali halus
membacakan puisi rindu buat bonda
dengan jiwa yang terisi penuh hikmahNya
akukah yang silap?
atau benar kuterlihat air mata?
dari bening seorang tua
yang menghabiskan usia dengan qalam dan naskah-naskah bahasa
mahal jiwanya
tinggi seninya.
(bapak, kamu benar menangis?)
entahkan lagu dari alatan bunyi yang tak kukenal nama (biola?) itu yang seni?
entahkan susunan muzik dek si kakak cantik manis itu yang seni?
entahkan suara si tua rambut putih itu yang seni?
entahkan puisinya yang seni?
entahkan lukisan-lukisannya yang terpamer itu yang seni?
entahkan jiwa yang memandang lihat dengar itu yang seni?
ataukan sememangnya sosok lelaki tua itu berdiri di sana saja sudah suatu seni?
dan sebenarnya Dia menciptakan setiap langkah manusia dengan penuh keindahan dan lemah lembut.
lalu terusik jiwa-jiwa kami yang masih belum pandai menghargai.
haih~
*sebelum ke sana, umi tanya: "ateh, macam mana pak samad makan ye? dengan janggutnya banyak?" umi! -_-"